• Home
  • Culinary
  • Insight
    • Musik dan Film
    • Cerita Silat Indonesia
      • Serial Wiro Sableng
      • Serial Api di Bukit Menoreh
    • Humor
      • Humor Ala Gus Dur
    • Ode to My Little Star
    • Psychology related
    • Tips and Trick
  • Travel
    • Around The World
    • Indonesiaku
    • Travel Tips
  • My Collection
    • My Tomica
      • Tomica Regular
      • Retired Tomica
      • My Tomica World
      • Tomica Limited
      • Tomica Shop
      • Tomica Special
    • Tintin Collections
    • General Vehicles and Aeroplane Miniatures
    • UN Collections

PATRIA.ME

My Personal Journal
Menu
  • Home
  • Culinary
  • Insight
    • Musik dan Film
    • Cerita Silat Indonesia
      • Serial Wiro Sableng
      • Serial Api di Bukit Menoreh
    • Humor
      • Humor Ala Gus Dur
    • Ode to My Little Star
    • Psychology related
    • Tips and Trick
  • Travel
    • Around The World
    • Indonesiaku
    • Travel Tips
  • My Collection
    • My Tomica
      • Tomica Regular
      • Retired Tomica
      • My Tomica World
      • Tomica Limited
      • Tomica Shop
      • Tomica Special
    • Tintin Collections
    • General Vehicles and Aeroplane Miniatures
    • UN Collections
Home  /  Around The World • Travel • Travel Tips  /  Berkunjung ke Museum Sultan Ali Dinar di El Fasher, Darfur – Sudan
15 September 2014

Berkunjung ke Museum Sultan Ali Dinar di El Fasher, Darfur – Sudan

Written by Patria
Around The World, Travel, Travel Tips Darfur, El Fasher, Kabah, Khartoum, Kiswah, Kordofan, Omdurman, Sudan, Sultan Ali Dinar Leave a Comment

Walaupun UN mission di Darfur yang memiliki markas besar di El Fasher ini sudah berdiri sejak akhir 2007, Saya yakin bahwa belum banyak staff internasional PBB yang bertugas disini mengetahui sejarah Darfur dan peninggalan sejarahnya. Medio Januari 2014 yang lalu, Saya dan seorang staff nasional berkunjung ke museum ini untuk menjajaki apakah tim welfare di misi ini bisa mengadakan kunjungan ke tempat ini. Sayangnya saat kemudian tim kami membuat rencana kunjungan ke tempat ini kondisi keamanan di Darfur tidak memungkinkan bagi kami untuk pergi tanpa mendapatkan “clearance” dari pihak keamanan UN. Tapi sedikit cerita bolehlah tentang museum ini hasil kunjungan pertama saya.

Sekilas tentang Sultan Ali Dinar 
Sultan dilahirkan pada tahun 1865, dan merupakan Sultan yang paling terkenal akan keberanian dan kekuatan pribadinya. Ia mendirikan Kesultanan Besar Darfur yang independen dan satu-satunya daerah yang belum diduduki kolonial Inggris di Sudan. Inggris belum berhasil mencaplok wilayah ini untuk dijadikan koloni sampai terbunuhnya Sultan Ali Dinar dalam perang Jubbah pada tahun 1916. Sesudah terbunuhnya Sultan Ali Dinar, runtuhlah Kesultanan Darfur.
Nama asli Sultan adalah Zakaria Mohamed Al-Fadl Abdel-Rahman Arrasheed; dia dipanggil dengan sebutan “Dinar by” oleh ibunya karena nakal dan susah diberitahu saat masih kecil. Sultan berpoligami dan Ia menikahi hampir semua suku yang ada di Darfur kecuali Suku Falata. Tujuan berpoligami adalah untuk memperluas hubungan keluarga kesultanan. Sultan memiliki 125 anak laki-laki dan perempuan hasil dari pernikahan poligami ini. Banyak dari istri-istri Sultan hidup sampai usia 100 tahun. Saat ini keturunan Ali Dinar tersebar di dunia Arab, mulai dari Libya, Maroko, Aljazair dan Arab Saudi. Beberapa keturunannya saat ini juga menjabat sebagai menteri dalam pemerintahan Republik Sudan.

Kiswah untuk Kabah
Ali Dinar terkenal dengan sumbangannya memberikan Kiswah untuk Kabah di Mekah, sebuah tradisi Sultan Darfur sebelumnya yang ia hidupkan lagi. Ia mengirimkan Kiswah setiap tahun dengan karavan pedagang melalui jalur El Fasher – Omdurman – Port Sudan – kemudian Mekah. Kiswah yang dikirimkan terbuat dari bulu burung Unta, beludru dan sutra. Ia juga mengirimkan madu dan mentega yang akan dibagikan pada para jemaah haji di Mekah.

Museum Sultan Ali Dinar
Museum Ali Dinar ini sendiri dulunya adalah salah satu bagian dari Istana Sultan di El Fasher. Sesudah wafatnya Sultan, Komandan pasukan Inggris menjadikan istana sebagai kantornya, dan saat ini menjadi kompleks kantor Wali Negara Bagian Darfur.

 

Sultan menetapkan El Fasher sebagai ibukota kesultanan Darfur tahun 1898. Pembangunan istana ini sendiri dimulai tahun 1911 dan selesai tahun 1912. Seorang Arsitek keturunan Turki Hajj Abdel Raziq, atau Pasha Bok datang secara khusus dari Baghdad untuk membangun istana ini dengan dibantu insinyur dari Mesir; Ahmed Mousio, Mohamed Atiyah, dan dua orang insinyur dari Yunani; Dmitry dan Thomas yang bertanggung jawab atas furniture. Tiang utama istana dibuat dari batu keras, dindingnya dari bata dan atap dari kayu. Istana ini tidak digunakan sebagai tempat tinggal melainkan sebagai tempat memamerkan hadiah dan koleksi dari negara sahabat.

Di dalam istana ada dua ruangan Dar Amra dan Atta Al-Mawla, dimana salah satunya digunakan selama masa perang dan yang lainnya untuk acara publik seperti festival dan sebagainya.

Saat ini Museum dibagi menjadi tiga sayap; yang pertama adalah untuk memamerkan peralatan perang, lambang dan bendera kesultanan yang bertuliskan nama-nama kalifah penerus Nabi Muhammad. Sayap kedua berisi barang-barang peninggalan kesultanan, seragam berwarna merah yang digunakan saat perang dan pakaian warna putih yang digunakan saat damai dan acara resmi lainnya.

 

Sayap ketiga dari museum ini berisi aksesoris dan ornamen yang digunakan sultan misalnya cincin, turban dan Alquran yang di tulis tangan oleh Sultan sendiri dan beberapa dokumen lainnya. Singgasana Sultan sendiri tidak ada dan ditengarai oleh cucu dari Sultan bahwa kolonial Inggris yang mencurinya. Replika singgasana dapat dilihat saat memasuki sayap ketiga ini. Singgasana Sultan berwarna emas terbuat dari lempung berwarna putih, di kiri dan kanannya terdapat dua buah tombak besar yang dulunya digunakan oleh ajudan Sultan.

 

Sayangnya, kondisi museum seperti kebanyakan museum di Indonesia tidak terawat dengan baik. Koleksi display terlihat termakan usia dan kusam. Ditambah lagi dengan seringnya mati listrik sehingga kondisi didalam museum tidak nyaman dan pengap. Belum lagi, karena terletak dalam kompleks kantor Wali Darfur, ada petugas yang menanyakan detail tamu apalagi karena saya orang asing disana, makin membuat suasana tidak nyaman. Mudah-mudahan saja Pemda Darfur nantinya kalau konflik disana sudah membaik ada perhatian lebih pada peninggalan sejarahnya sendiri.
(foto diambil dari berbagai sumber di internet, karena gak boleh motret sembarangan di daerah konflik kecuali sudah punya ijin tertulis)

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window) Tumblr
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window) Pinterest
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp
  • Click to share on Reddit (Opens in new window) Reddit
  • Click to share on Telegram (Opens in new window) Telegram

Related

Share On
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on StumbleUpon
Share on Reddit
Share on Tumblr
Share on Whatsapp
Patria

 Previous Article Three Months later
Next Article   Negara Bebas Visa dan Visa on Arrival untuk WNI pemegang Paspor Hijau

Related Posts

  • Tentang Khartoum – 1

    May 14, 2018

Leave a Reply Cancel reply

Buzz

Recent Posts

  • Happy 13th Birthday in Heaven Clara
  • My Notes on Covid19 – LA STUPIDITA’UMANA E’ IL PEGGIOR VIRUS
  • Ode to my Angel
  • My notes – reaksi thd covid
  • Psikologi Panik Belanja

Recent Comments

  • Niki Hendra on Berkunjung ke Museum Hergé (Musée Hergé) di Belgia
  • Zulfan Azmi on Menjadi Orang Tua Jarak Jauh
  • Patria on Vaksinasi Yellow Fever di KKP Bandara Soekarno-Hatta
  • Agus Salim on Vaksinasi Yellow Fever di KKP Bandara Soekarno-Hatta
  • Patria on Vaksinasi Yellow Fever di KKP Bandara Soekarno-Hatta

Archives

  • May 2020
  • March 2020
  • May 2019
  • March 2019
  • May 2018
  • April 2018
  • March 2018
  • June 2017
  • May 2017
  • March 2017
  • November 2016
  • October 2016
  • August 2016
  • March 2016
  • January 2016
  • September 2015
  • August 2015
  • July 2015
  • June 2015
  • May 2015
  • January 2015
  • December 2014
  • September 2014
  • June 2014
  • May 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • August 2013
  • February 2013
  • January 2013
  • October 2012
  • September 2012
  • June 2012
  • May 2012
  • April 2012
  • March 2012
  • June 2009

Categories

  • Around The World
  • Cerita Silat Indonesia
  • Culinary
  • Diecast Collections
  • General Vehicles and Aeroplane Miniatures
  • Indonesiaku
  • Insight
  • Musik dan Film
  • My Tomica
  • My Tomica World
  • Ode to My Little Star
  • Psychology related
  • Retired Tomica
  • Serial Wiro Sableng
  • Tintin Collections
  • Tips and Trick
  • Tomica Limited
  • Tomica Regular
  • Tomica Shop
  • Tomica Special
  • Travel
  • Travel Tips
  • UN Collections
  • Uncategorized
Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy

Meta

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org
© Copyright 2014. Theme by BloomPixel.
 

Loading Comments...