COVID19 ini bukan saja menyebarkan penyakit tp lebih dari itu ia juga menulari masy dg ketakutan, rasa tidak aman & perpecahan. Dari sudut pandang psikologi sendiri, apa yg terjadi merupakan reaksi normal utk bertahan hidup dalam menghadapi situasi yang “unknown”.
Sebelum ada kasus positif, sebagian besar kita menganggap remeh, bahkan banyak guyonan & meme dibuat sambil tertawa-tawa. sesudah ada kasus positif baru semua panik, aksi borong berbagai supplies kesehatan, stok sembako dll. Sayangnya situasi inipun dimanfaatkan pihak2 yg ingin cari keuntungan secara ekonomis, maupun politis membuat rasa takut & tidak percaya kpd pemerintah membesar & ditambah lagi blunder komunikasi dr pejabat. tinggal lihat saja jejak digital & arsip pemberitaan.
Sekarang kenaikan angka positif dlm Wkt singkat naik dengan sangat cepat. Tapi yg juga tidak kalah cepat, pertumbuhan ahli komentar jauh lebih banyak & masif sambil memaparkan hasil studi ini, grafik itu, pengalaman negara lain yang daya yakin banyak orang gak ngerti juga. Tiba2 semua jadi ahli, tiba2 bermunculan tokoh2 entah fiktif entah betulan yg berbagi pandangan. tapi di sisi lain anjuran utk gaya hidup sehat, menghindari kontak dg banyak orang juga tidak dilakukan. Lagi-lagi dari sudut pandang psikologi ini adalah reaksi normal untuk mengurangi stress dan rasa takut.
sekarang muncul wacana ‘lockdown’, dg alasan ini itu & sudah berhasil di negara2 yg skr ‘kurva’ kasusnya menurun. WHO saja sblm memutuskan status Pandemic banyak sekali pertimbangan utk menggunakan istilah & mrk pun banyak diserang secara negatif di media sosial. Bahkan ada yg bilang mrk semacam ‘ormas’.
Bicara lockdown, apa iya kita tahu artinya itu, apa konsekuensinya, apa iya memungkinkan. Sebagai contoh, pasien suspek dlm isolasi saja bisa kabur, & baru diberitakan seminggu kemudian. Atau sekolah diliburkan, org jakarta malah ramai2 ke puncak. Tapi apa iya semua tingkatan masyarakat mengerti ttg covid19, jangan2 cuma kaum menengah dg akses kuota yg Unlimited yg panik & ribut2 sendiri….ah biarlah ini pemerintah yang pusing.
“Paradoks dr virus ini adl ia tidak mengenal batas, tapi utk mengatasinya kita butuh pembatasan”
Tapi melakukan pembatasan tanpa koordinasi yg baik juga tidak akan membantu. selain itu kalau masyarakat gak ikut/menuruti anjuran pemerintah ya ambyar juga segala macam upaya utk mengurangi penyebaran.
Mogadishu, 15 Maret 2020
Leave a Reply